Puisi
Karya : Chairil anwar
Derai derai cemara
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya
bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda
kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam
dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku,
pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi ... coba aku
tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
kutimbang keinginanku ....
Hmm ... masih lebih besar duniawiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
kutimbang keinginanku ....
Hmm ... masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah ....
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah ...
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah ...
Jika Engkau ijinkan
hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah ...
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang ...
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu ...
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah ...
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang ...
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu ...
Hamba sangat ingin
melihat wajahMu di sana ...
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana ...
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana ...
Ya Allah,
Ijikanlah
Ijikanlah
AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang' kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang' kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Yang terampas DAN
YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet
(daerahku yad) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam
kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan
sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
Puisi
Karya : Sufi Syeikh Hamzah al-Fansuri (Hamzah fansuri)
Petikan Syair Dagang
Hai sekalian kita yang kurang
nafsumu itu lawan berperang
jangan hendak lebih baiklah kurang
janganlah sama dengan orang
Amati-amati membuang diri
menjadi dagang segenap diri
baik-baik engkau fikiri
supaya dapat emas sendiri
Hai sekalian kita yang kurang
nafsumu itu lawan berperang
jangan hendak lebih baiklah kurang
janganlah sama dengan orang
Amati-amati membuang diri
menjadi dagang segenap diri
baik-baik engkau fikiri
supaya dapat emas sendiri
Puisi
Karya
: kniapaho
Di balik tirai
Ada aku,
Detik yang lalu
Angin menggoyang tirai biru
Debu menyapu membawa haru
Tirai biru,
Ku buka lalu ku usap sisa debu
Dibalik tirai malam menyapa,
Waktu menghapus air mata
Dewi malam tampak dibalik jendela
Tak ceria, sama
seperti aku dalam duka
Dibalik tirai alam semesta
Harusnya sedikit bahagia
Ironis menerka,
Senyum pun tak ada
Apalagi penuh tawa
Ada aku,
Detik yang lalu
Angin menggoyang tirai biru
Debu menyapu membawa haru
Tirai biru,
Ku buka lalu ku usap sisa debu
Dibalik tirai malam menyapa,
Waktu menghapus air mata
Dewi malam tampak dibalik jendela
Tak ceria, sama
seperti aku dalam duka
Dibalik tirai alam semesta
Harusnya sedikit bahagia
Ironis menerka,
Senyum pun tak ada
Apalagi penuh tawa
Bintang
Bulan Mei
Waktu terbias dengan
kedatanganmu,
Aku tercengang dengan kepribadianmu
Musim berlalu menjadi terang karena wajahmu,
Lalu aku tergumam karena ku mencintaimu
Mutiara itu terpancar dari bibirmu
Aku tersipu. ..
Apakah engkau kiriman tuhanku???
Untuk mendekatkan diri pada kekasih hatiku
Tak lama ku mengenalmu
Indah bahasamu
Manis perhatianmu
Namun aku??
Aku bak pungguk merindukan bulan ..
Karena engkau bukanlah pujaan
Sedikit waktu yang berarti banyak
Kau sepaham denganku
Dan kau satu rumpun ceritaku
Apa kah engkau untuk hidupku?
Selalu aku tiriskan embun mungil dipipiku ..
Aku bahagia melihat bahasa mayamu
Terngiang suaramu d persholatan waktu itu,
Aku tlah bangga diri aku tlah berhenti di hati itu
Sedikit waktu berlalu banyak
Banyak tangis banyak kesedihan!
Aku muak akan tingkah manjamu bersama bungamu
Sedangkan aku?
Aku bangkai yang lalu lalang di ceritamu,
tapi kau memperhatikan aku!
Aku tercengang dengan kepribadianmu
Musim berlalu menjadi terang karena wajahmu,
Lalu aku tergumam karena ku mencintaimu
Mutiara itu terpancar dari bibirmu
Aku tersipu. ..
Apakah engkau kiriman tuhanku???
Untuk mendekatkan diri pada kekasih hatiku
Tak lama ku mengenalmu
Indah bahasamu
Manis perhatianmu
Namun aku??
Aku bak pungguk merindukan bulan ..
Karena engkau bukanlah pujaan
Sedikit waktu yang berarti banyak
Kau sepaham denganku
Dan kau satu rumpun ceritaku
Apa kah engkau untuk hidupku?
Selalu aku tiriskan embun mungil dipipiku ..
Aku bahagia melihat bahasa mayamu
Terngiang suaramu d persholatan waktu itu,
Aku tlah bangga diri aku tlah berhenti di hati itu
Sedikit waktu berlalu banyak
Banyak tangis banyak kesedihan!
Aku muak akan tingkah manjamu bersama bungamu
Sedangkan aku?
Aku bangkai yang lalu lalang di ceritamu,
tapi kau memperhatikan aku!
IKHTIAR
bukan mimpi ..
bahwasanya matahari terang di atas awanku
awan pun tak ragu sembunyikan mendungnya
akhirnya mata pun tak lagi berkaca-kaca
memang bukan mimpi
senja yang indah pagi itu,
tampak tersenyum pada duniaku
tampak ceria pada kisahku
tampak bahagia ... mengantarkan keberhasilanku
aku percaya bahwa itu bukan bunga tidurku
dan aku percaya itu bukan dalam dunia mayaku
sejak saat itu .. ketenangan mengelilingi jiwa
kenyamanan tak jauh dengan hati keramahan
lalu lalang dalam lingkup gerak
ini bukanlah sekedar mimpi
telah kuungkapkan dengan bukti
bahwa ini saat yang ku nanti telah ku gambarkan dengan mata
bahwa ini sesuatu yang nyata
karena aku percaya pada semua doa dan usaha
bahwasanya matahari terang di atas awanku
awan pun tak ragu sembunyikan mendungnya
akhirnya mata pun tak lagi berkaca-kaca
memang bukan mimpi
senja yang indah pagi itu,
tampak tersenyum pada duniaku
tampak ceria pada kisahku
tampak bahagia ... mengantarkan keberhasilanku
aku percaya bahwa itu bukan bunga tidurku
dan aku percaya itu bukan dalam dunia mayaku
sejak saat itu .. ketenangan mengelilingi jiwa
kenyamanan tak jauh dengan hati keramahan
lalu lalang dalam lingkup gerak
ini bukanlah sekedar mimpi
telah kuungkapkan dengan bukti
bahwa ini saat yang ku nanti telah ku gambarkan dengan mata
bahwa ini sesuatu yang nyata
karena aku percaya pada semua doa dan usaha
Jejak
Harian
Tersungkur ku terisak ..
Mulut tak berkata,
namun jiwa tak letih berdoa
Sesekali ingin berontak
Sesekali ingin bertindak ..
Tersungkur ku terisak ..
Suara menggema perih ditelinga
Bibir bergetar berucap doa
Seperti dalam bui ku terinjak
Tertatih ku letih ..
Berat kaki menangkal beban
Berat hati ku menahan perih
Dasar keras bukan kepalang
Memang hanya dia seorang
Gratis ku tahan-tahan hati tak lagi jauh dari dendam
Menindas sebuah perasaan
Sampai palung yang terdalam
Selalu tersisa pena dalam memori
Tak tertinggal secarik kertas ku sisipkan
Di sebuah harian
Tak akan jauh dari bayangan
Bukan karangan, cerita Air mata ..
Penuhi kertas tanpa noda ..
Tak bisa terbaca apa itu nyata
Mulut tak berkata,
namun jiwa tak letih berdoa
Sesekali ingin berontak
Sesekali ingin bertindak ..
Tersungkur ku terisak ..
Suara menggema perih ditelinga
Bibir bergetar berucap doa
Seperti dalam bui ku terinjak
Tertatih ku letih ..
Berat kaki menangkal beban
Berat hati ku menahan perih
Dasar keras bukan kepalang
Memang hanya dia seorang
Gratis ku tahan-tahan hati tak lagi jauh dari dendam
Menindas sebuah perasaan
Sampai palung yang terdalam
Selalu tersisa pena dalam memori
Tak tertinggal secarik kertas ku sisipkan
Di sebuah harian
Tak akan jauh dari bayangan
Bukan karangan, cerita Air mata ..
Penuhi kertas tanpa noda ..
Tak bisa terbaca apa itu nyata
Puisi
Karya : W.S. Rendra
Aku Tulis Pamplet Ini
Aku tulis
pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
Apa yang
terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
Apabila
kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis
pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak
melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa
ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari
menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang
teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.
Aku tulis
pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar dengan kata-kata yang sopan yaa...
No Spam please ^^
Warning : Please Take Out With Full Credit !