Diberdayakan oleh Blogger.


RSS

Puisi Indonesia


                    Puisi
                                                      Karya : Chairil anwar
Derai derai cemara
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan 
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
 
tapi dulu memang ada suatu bahan
 
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan 
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
 
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
 
sebelum pada akhirnya kita menyerah

SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
 
Kau depanku bertudung sutra senja
 
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
 
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba 
meriak muka air kolam jiwa
 
Dan dalam dadaku memerdu lagu
 
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka 
Selama matamu bagiku menengadah
 
Selama kau darah mengalir dari luka
 
Antara kita Mati datang tidak membelah

PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
 
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
 
Karena aku akan membuka lembaran baru
 
Untuk sisa jatah umurku yang baru
 
Daun gugur satu-satu
 
Semua terjadi karena ijin Allah
 
Umurku bertambah satu-satu
 
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi ... coba aku tengok kebelakang 
Ternyata aku masih banyak berhutang
 
Ya, berhutang pada diriku
 
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku 
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
 
kutimbang keinginanku ....
 
Hmm ... masih lebih besar duniawiku
Ya Allah 
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
 
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
 
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah .... 
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
 
Astagfirullah ...
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan 
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah ...
 
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang ...
 
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu ...
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana ... 
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana ...
 
Ya Allah, 
Ijikanlah

AKU
Kalau sampai waktuku
 
'Ku mau tak seorang' kan merayu
 
Tidak juga kau
 
Tak perlu sedu sedan itu
 
Aku ini binatang jalang
 
Dari kumpulannya terbuang
 
Biar peluru menembus kulitku
 
Aku tetap meradang menerjang
 
Luka dan bisa kubawa berlari
 
Berlari
 
Hingga hilang pedih peri
 
Dan aku akan lebih tidak perduli
 
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Yang terampas DAN YANG PUTUS
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
 
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
 
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku yad) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang 
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
 
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

                     Puisi
Karya : Sufi Syeikh Hamzah al-Fansuri (Hamzah fansuri)
Petikan Syair Dagang

Hai sekalian kita yang kurang
nafsumu itu lawan berperang
jangan hendak lebih baiklah kurang
janganlah sama dengan orang

Amati-amati membuang diri
menjadi dagang segenap diri
baik-baik engkau fikiri
supaya dapat emas sendiri



                           Puisi
Karya : kniapaho
Di balik tirai

Ada aku,
Detik yang lalu
Angin menggoyang tirai biru
Debu menyapu membawa haru
Tirai biru,
Ku buka lalu ku usap sisa debu
Dibalik tirai malam menyapa,
Waktu menghapus air mata
Dewi malam tampak dibalik jendela
Tak ceria, sama
seperti aku dalam duka
Dibalik tirai alam semesta
Harusnya sedikit bahagia
Ironis menerka,
Senyum pun tak ada
Apalagi penuh tawa 

Bintang Bulan Mei
Waktu terbias dengan kedatanganmu,
Aku tercengang dengan kepribadianmu
Musim berlalu menjadi terang karena wajahmu,
Lalu aku tergumam karena ku mencintaimu
Mutiara itu terpancar dari bibirmu
Aku tersipu. ..
Apakah engkau kiriman tuhanku???
Untuk mendekatkan diri pada kekasih hatiku
Tak lama ku mengenalmu
Indah bahasamu
Manis perhatianmu
Namun aku??
Aku bak pungguk merindukan bulan ..
Karena engkau bukanlah pujaan
Sedikit waktu yang berarti banyak
Kau sepaham denganku
Dan kau satu rumpun ceritaku
Apa kah engkau untuk hidupku?
Selalu aku tiriskan embun mungil dipipiku ..
Aku bahagia melihat bahasa mayamu
Terngiang suaramu d persholatan waktu itu,
Aku tlah bangga diri aku tlah berhenti di hati itu
Sedikit waktu berlalu banyak
Banyak tangis banyak kesedihan!
 Aku muak akan tingkah manjamu bersama bungamu
Sedangkan aku?
Aku bangkai yang lalu lalang di ceritamu,
 tapi kau memperhatikan aku! 

IKHTIAR
bukan mimpi ..
bahwasanya matahari terang di atas awanku
awan pun tak ragu sembunyikan mendungnya
akhirnya mata pun tak lagi berkaca-kaca
memang bukan mimpi
senja yang indah pagi itu,
tampak tersenyum pada duniaku
tampak ceria pada kisahku
tampak bahagia ... mengantarkan keberhasilanku
aku percaya bahwa itu bukan bunga tidurku
dan aku percaya itu bukan dalam dunia mayaku
sejak saat itu .. ketenangan mengelilingi jiwa
kenyamanan tak jauh dengan hati keramahan
lalu lalang dalam lingkup gerak
ini bukanlah sekedar mimpi
telah kuungkapkan dengan bukti
bahwa ini saat yang ku nanti telah ku gambarkan dengan mata
bahwa ini sesuatu yang nyata
karena aku percaya pada semua doa dan usaha

Jejak Harian
Tersungkur ku terisak ..
Mulut tak berkata,
namun jiwa tak letih berdoa
Sesekali ingin berontak
Sesekali ingin bertindak ..
Tersungkur ku terisak ..
Suara menggema perih ditelinga
Bibir bergetar berucap doa
Seperti dalam bui ku terinjak
Tertatih ku letih ..
Berat kaki menangkal beban
Berat hati ku menahan perih
Dasar keras bukan kepalang
Memang hanya dia seorang
Gratis ku tahan-tahan hati tak lagi jauh dari dendam
Menindas sebuah perasaan
Sampai palung yang terdalam
Selalu tersisa pena dalam memori
Tak tertinggal secarik kertas ku sisipkan
Di sebuah harian
Tak akan jauh dari bayangan
Bukan karangan, cerita Air mata ..
Penuhi kertas tanpa noda ..
Tak bisa terbaca apa itu nyata

                   Puisi
Karya : W.S. Rendra
Aku Tulis Pamplet Ini
Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai  sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar dengan kata-kata yang sopan yaa...
No Spam please ^^
Warning : Please Take Out With Full Credit !